SELAMAT DATANG

ASLKM ,,,,

LAZ AR-RAHMAH MAKASSAR YANG BERGERAK DALAM BIDANG PENGUMPULAN DAN PENDISTRIBUSIAN ZAKAT, INFAQ,DAN SEDEKAH, MENAWARKAN KEPADA BAPAK, IBU, SAUDARA, TEMAN-TEMAN UNTUK MENJADI DONATUR DI LEMBAGA KAMI..BAGI YANG BERMINAT BISA MENGHUBUNGI KAMI DI NO

.0411 514 810

(082188950648),,

(085 256 668 824)

BISA DIJEMPUT ATAU MELALUI REKENING BANK MUAMALAT (ZISWAF) : 801.13157.22 A.N PRIHASTUTI BDN LAZ AR-RAHMAH

"SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA ATAS APA YANG ANDA BERIKAN DAN MEMBERIKAN KEBERKAHAN PADA REZEKI YANG TERSISA "( HR.NASA'I )

ALAMAT KANTOR : JL.PAJJAIYANG NO.17 B DAYA KEC.BIRINGKANAYYA MAKASSAR

Email : lazarrahmah@gmail.com

Jumat, 30 Maret 2012

ZAKAT DAN EKONOMI

Sudah sangat jelas, zakat merupakan salah satu ajaran pokok Islam.Dalam kerangka fikih (Hukum Islam) disebut salah satu dari rukun Islam yang lima. Zakat berhubungan erat dengan harta atau kekayaan yang dimiliki. Sejumlah jenis kekayaan ( harta benda) apabila sudah sampai nisab ( batas atau kadar tertentu dianggap cukup),diambil sebagiannya untuk diberikan kepada pihak lain.Ayat ayat Al-Quran
menyebutkan : ”Dirikanlah shalat dan tunaikan pula zakat”. Dalam sebagian besar untaian ayat ayat Al-Quran, hubungan antar shalat dan zakat sangat padu. Hal demikian dapat dimaknai bahwa shalat dan zakat sama pentingnya dalam tuntunan Islam.
Secara akidah-syariah kedua amal tersebut termasuk kategori ibadah mahdhah, yakni amal ibadah dalam dimensi hubungan makhluk dengan Khalik. Namun menyangkut zakat dimensi hubungan antara sesama makhluk terasa sangat kental dan menonjol. Lalu bagaimana kita melihat relefansi antara zakat dengan ekonomi ?.Zakat jelas ajaran agama (Islam). Ekonomi dan masalah ekonomi sering dipahami sebagai
ajaran ”sekuler”, keduniaan. Sebagian orang yang hidup secara zuhud (ahli zahid dan ”abid”), sering menyepelekan masalah ekonomi. Sesungguhnya Islam dan ajaran ajarannya tidak pernah mendikotomikan antar persoalan duniawi dengan ukhrawi. Dalam hadis hadis nabi Saw sering juga diungkapkan bahwa ”dunia” sebagai ladang untuk bekal akhirat. Sangat jelas bagi kita, melalui jalan raya dunia kita meniti ke akhirat. Inilah hakikat makna doa yang setiap habis waktu shalat kita lantunkan : ” Rabbana aatinaa fid
dunya hasanah wafil akhirati hasanah”.
Seorang imam fikih besar Abu Hanifah adalah orang yang cukup sukses dalam bidang ekonomi, seorang konglemerat sutra yang sangat saleh dan wara’. Beliau mengingatkan muridnya Imam Abu Yusuf supaya dapat hidup mandiri, tidak tergantung pada Pemerintah yang pada zamannya sudah cenderung korup. Sebagian amaliah kita harus didukung harta atau kekayaan sebagai sumber pengembangan ekonomi. Ibadah shalat saja tidak sempurna (tidak sah) jika tidak menutupi auarat, yang memerlukan harta (uang) untuk membeli kain. Bagi masyarakat muslim yang jauh dari kota Mekah, nihil sama sekali untuk dapat menunaikan rukun Islam yang kelima (haji), tanpa dukungan finansial yang memadai. Apalagi sejumlah
amal ibadah lain seperti infak dalam rangka menyantuni fakir miskin dan anak yatim, sadaqah ,kurban,tidak mungkin sama sekali ditunaikan tanpa uang, harta, dan kekayaan bendawi lainnya. Disamping ibadah mahdhah, kategori ibadah grairu mahdhah (ibadah dimensi sosial lebih menonjol) sering terabaikan oleh umat Islam, alasan karena tidak mampu atau miskin.
Kekayaan yang dimiliki berhubungan erat dengan ekonomi. Ekonomi dan ilmu ekonomi dengan semua mazhabnya, memang bertujuan dan berupaya menyejahterakan hidup masyarakat. Dengan demikian dapat pula dipahami bahwa secara subtansial ajaran Islam, umat Islam dosa besar jika mengabaikan masalah ekonomi. Di kalangan umat Islam idealnya ada ”ekonom ekonom ” tangguh, baik yang bergerak pada tataran konsep maupun yang bergiat pada tataran aksi untuk menyejahterakan hidup umat. Fenomena kehidupan kaum muslimin kini sungguh memprihatinkan. Negeri negeri muslim adalah negeri yang melimpah kekayaan sumber daya alam (SDA). Dimana mana umat Islam banyak yang diterjang oleh kemiskinan. Hidup kita melarat dan terlunta lunta. Mengapa kita menjadi demikian hina dan dihinakan ?. Jawabannya
mungkin kita salah mengurus atau tidak bersyukur atas kekayaan melimpah yang diberikan Tuhan.
Pada hakikatnya umat Islam tidak akan ada yang yang hidup melarat,nderita seandainya konsep zakat dan ekonomi mampu kita kemas dan kita tata dengan sempurna. Seorang pakar DR.Bukhari Alma dalam bukunya “ Islam dan Bisnis” menyebutkan, betapa penting umat islam harus mampu menata sistem ekonominya dan 9/10 % rizki yang dilimpahkan Tuhan ada dalam bidang bisnis, salah satu sisi penting sistem ekonomi yang harus dikembangkan. Hal ini tentu saja menuntut umat islam, mengupayakan menata kembali sistem ekonominya. Dalam menemukan model sistem ekonomi alternatip ‘yakni” sistem ekonomi Islam”, sering disebutkan, zakat sebagai ujung tombak pengembangan ekonomi Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar